Jumat, 13 Januari 2012

Materialitas dan Risiko Audit


Dalam paragraf pernyataan pendapat pada laporan audit, kata-kata materialitas dan risiko menjadi dua hal yang penting. Kata-kata tersebut dicantumkan untuk menginformasikan pada pembaca bahwa auditor mendasarkan kesimpulannya pada pertimbangan profesional dan tidak menjamin kebenaran laporan keuangan tersebut.  Kata-kata tersebut menunjukkan bahwa ada risiko laporan keuangan disajikan tidak wajar meskipun pendapat yang diberikan adalah wajar tanpa pengecualian.
MATERIALITAS
Sebagaimana telah kita ketahui bersama bahwa materialitas adalah pertimbangan utama dalam penetapan laporan auditor yang layak. Pernyataan FASB no. 2 menyatakan materialitas sebagai:
Jumlah atau besarnya kekeliruan atau salah saji dalam informassi akuntansi yang dalam kaitannya dengan kondisi bersangkutan , mungkin membuat pertimbangan pengambilan keputusan pihak yang berkepentingan berubah atau terpengaruh oleh salah saji tersebut.
Seorang auditor bertanggungjawab untuk mengungkap salah saji yang material dalam laporan keuangan klien sehingga bisa dilakukna koreksi, dan bila klien menolak untuk melakukan koreksi maka pendapat wajar tanpa pengecualian tidak bisa diberikan auditor.
Dalam definisi yang diungkapkan FASB diatas, dapat kita lihat bahwa ada penekanan pada poin pemakai sebagai subjel yang mengandalkan laporan keuangan sebagai satu-satunya dasar pengambilan keputusan. Maka dari hal tersebut, penting bagi auditor untuk mengetahui kepentingan pengguna laporan keuangan serta keputusan apa yang tergantung padanya. Misalnya auditor tahu bahwa laporan keuangan akan digunakan untuk kepentingan jual beli, jumlah yang dianggap material harus lebih kecil dari biasanya.
Menentukan Pertimbangan Awal Mengenai Materialitas
Idealnya, auditor menentukan jumlah gabungan yang dianggap material pada awal audit. Biasanya, penetapan materialitas dikuantifikasi. Namun, hal tersebut masih merupakan pertimbangan awal karena mungkin saja nantinya akan berubah tergantung pada pertimbangan professional auditor atau perkembangan baru yang ditemukan.
Tujaun penetapan materialitas ini adalah untuk membantu auditor merencanakan pengumpulan bahan bukti yang cukup.. jika auditor menetapkan jumlah materialitas yang rendah, maka kuantitas bahan bukti yang dibutuhkan akan menjadi leih besar. Begitu pula sebaliknya, semakin tinggi tingkat materialitas maka akan semakin sedikt bahan bukti yang dibutuhkan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pertimbangan
·         Materialitas sebagai konsep yang relatif dan bukan absolute salah saji dalam jumlah. Artinya, penetapan tingkat materialism pada tubuh klien harus relative dan menyesuaikan dengan besarnya perusahaan.
·         Laba sebelum pajak. Laba sebelum pajak merupakan factor penting dalam menetapkan materialitas karena hal ini merupakan pos yang kritis bagi pemakai.
·         Tipe salah saji yang ditemukan. Meskipun jumlahnya sama, akan tetapi beberapa salah saji akan dipandang lebih material dari yang lain seperti ketidakberesan akan lebih materil disbanding kekeliruan yang tidak disengaja, kekeliruan yang berkaitan dengan kontrak dan kekeliruan yang mempengaruhi kecenderungan laba akan dipandang lebih material dibanding yang lain.
Mengalokasikan Pertimbangan Awal Materialitas Pada Segmen-Segmen
Pengalokasian pertimbangan awal mengenai segmen dibutuhkan karena bahan bukti dikumpulkan berdasarkan segmen-segmen dari laporan keuangan secara keseluruhan. Penatapan materialitas untuk tiap segmen akan sangat membantu dalan penentuan kuantitas bukti yang diperlukan. Semakin kecil tingkat materialitas pada segmen bersangkutan, semakin banyak pula bukti yang dibutuhkan.
Sebagian besar praktisi mengalokasikan materialitas pada pos-pos neraca dan bukan pada pos laba rugi. Hal ini dilakukan karena neraca memiliki lebih sedikit komponen dan pada akhirnya akun neraca dan laba rugi akan saling mempengaruhi.
Terdapat tiga kesulitan dalam mengalokasikan materialitas ke dalam segmen neraca : auditor berasumsu akun tertentu lebih banyak kekeliruan dari yang lain, perlunya mempertimbangkan lebih saji atau kurang saji, dan biaya audit.
Estimasi Salah Saji Dan Perbandingan
Saat auditor melaksanakan prosedur audit untuk tiap segmen, kertas kerja digunakan untuk mencatat tiap salah saji yang ditemukan. Misalkan auditor mendapatkan enam salah saji dari dua ratus sampel yang diambil dalam menguji sediaan. Jumlah inilah yang akan digunakan untuk memperkirakan jumlah seluruh salah saji yang terdapat pada akun sediaan. Asumsikan bahwa nilai nominal dari tiga salah saji yang ditemukan tersebut adalah tujuh juta dari jumlah sampel sebesar seratus juta dan populasinya adalah Sembilan ratus juta. Salah satu cara menghitung estimasi ini adalah dengan proyeksi langsung dari jumlah sampel kedalam jumlah populasi. Dalam kasus ini, jumlah salah saji sebesar tujuh juta akan dibagi jumlah sampel dan kemudian dikalikan jumlah total sampel. Maka hasil dari proyeksi langsung adalah enam puluh tiga juta.
Jika estimasi salah saji telah melewati pertimbangan awal mengenai materialitas (kombinasi dari tiap segmen),  maka seorang auditor sekiranya perlu melakukan prosedur audit tambahan untuk memenentukan apakah estimasi salah saji benar-benar melebihi seratus juta atau meminta klien melakukan koreksi untuk estimasi salah saji tersebut.
Bila setelah melakukan prosedur audit tambahan jumlah salah saji ternyata tidak melebihi pertimbangan awal mengenai materialitas, maka auditor tidak perlu melakukan perluasan pengujian audit tambahan.
RISIKO
Risiko dalam audit berarti bahwa auditor menerima suatu tingkat ketidakpastian tertentu dalam pelaksanaan audit. Auditor menyadari bahwa ada ketidakpastian mengenai kompetensi bahan bukti , efektivitas SPI, dan ketidakpastian apakah laporan keuangan memang telah disajikan secara wajar atau tidak.
Auditor yang efektif akan menyadari bahwa risiko-risiko tersebut diatas ada dan akan menanganinya dengan sepantasnya.kebanyakan dari risiko tersebut sukar diukur dan memerlukan penanganan yang hati-hati dan seksama. Misalkan, diketahui bahwa bidang industry klien mengalami perubahan teknologi besar-besaran yang tidak saja mempengaruhi klien tetapi juga pelanggannya dikarenakan sedian yang yang telah usang. Bagaimana auditor menangani masalah ini adalah sangat penting dalam menjaga mutu audit.
Cara auditor untuk menangani masalah risiko dalam tahap perencanaan pengumpulan  bahan bukti , terutama adalah dengan menggunakan model risiko audit. Model risiko audit digunakan terutama untuk tahap perencanaan dalam menentukan berapa besar bahan bukti yang harus dikumpulkan dalam setiap siklus. Rumusnya adalah sebagai berikut:

PDR = AAR / (IR x CR)
Dimana:
PDR     : Planned Detection Risk
AAR    : Acceptable audit risk
IR        : Inherent Risk
CR       : Control Risk
Risiko penemuan yang direncanakan adalah risiko bahwa bahan bukti yang dikumpulkan dalam segmen gagal menemukan salah saji yang melewati jumlah yang dapat ditoleransi kalau salah saji semacam itu timbul. Terdapat dua hal penting mengenai risiko penemuan yang direncanakan diatas. Pertama, ia tergantung pada tiga unsur risiko lain dalam model. jadi, PDR hanya akan berubah jika salah satu dari tiga unsur pembentuknya juga berubah. Kedua, risiko penemuan yang direncanakan berbanding terbalik dengan  besarnya bahan bukti yang akan dikumpulkan.
Risiko bawaan atau inherent risk adalah penetapan auditor akan kemungkinan salah saji dalam segmen audit yang melewati batas toleransi, sebelum memperhitungkan factor efektivitas pengendalian internal. Risiko bawaan adalah factor kerentanan laporan keuangan terhadap salah saji yang material , dengan asumsi tidak ada pengendalian internal.semakin tinggi kemungkinan salah saji tanpa pengendalian maka semakin tinggi pula risiko bawaan audit tersebut. Berkaitan dengan risiko bawaan, semakin tinggi tingkat risiko bawaan suatu audit maka penggunaan staf yang berpengalaman juga disarankan disamping menambah jumlah bukti audit.
Risiko pengendalian adalah ukuran penetapan auditor akan kemungkinan salah saji dalam segmen audit yang melewati batas toleransi, yang tak terdeteksi atau tercegah oleh SPI klien. Artinya, semakin efektif SPI klien, maka risiko pengendalian juga semakin tipis.

Risiko audit yang dapat diterima adalah ukuran ketersediaan auditor untuk menerima bahwa laporan keuangan salah saji secara material walaupun audit telah selesai dan pendapat wajar tanpa pengecualian telah diberikan. Jika auditor menetapkan tingkat risiko yang dapat diterima rendah, berarti ia ingin lebih memastikan bahwa tidak ada kekeliruan yang yang material pada laporan keuangan.
Risiko usaha adalah tingkat risiko bahwa KAP akan menderita kerugian yang diakibatkan oleh hubungannya dengan klien, walaupun laporan keuangannya sudah pantas.misalkan ketika klien dinyatakan pailit setelah selesainya udit,kemungkinan tuntutan hokum terhadap auditor akan semakin besar walaupun kualitas auditnya cukup baik.terdapat perbedaan perndapat dikalangan para auditor tentang pantas atau tidaknya risiko usaha dimasukkan kedalam tahap perencanaan. Pihak yang menentang beranggapan bahwa auditor tidak dapat memberikan tingkat keyakinan yang berbeda atas pendapatnya , karenanya tidak boleh mengubah tingkat keykinan karena adanya risiko usaha. Sedangkan para pendukungnya beranggapan bahwa perlu untuk mengumpulkan bukti tambahan dalam audit yang mana aspek legalitasnya tinggiselama tingkat keyakinan yang dibentuknya tidak lebih rendah dari yang selayaknya, meskipun dengan risiko usaha yang rendah. Adapun factor-faktor yang mempengaruhi risiko usaha adalah:
·         Tingkat ketergantungan pemakai laporan keuangan. Bial pemakai laporan keuangan memiliki ketergantungan yang tinggi terhadap alporan keuangan, dengan sendirinya risiko audit perlu diperkecil. Secara umum, factor-yang mengindikasikan tingkat ketergantungan atas laporan keuangan adalah ukuran perusahaan klien yaitu semakin besar usahanya,akan berbanding lurus dengan keragaman pemakainya,
·         Kemungkinan adanya kesulitan keuangan klien yang timbul setelah laporan audit terbit. Penting bagi auditor untuk mengantisipasi kemungkinan pailitnya perusahaan klien. Karena dengan dinyatakan pailitnya perusahaan klien, berarti besar kemungkinan tuntutan hokum dari pihak yang mengalami kerugian di pasar modal akan menimpa auditor. Latar belakang terjadinya hal tersebut mungkin dari keraguan tentang kualitas audit mungkin juga karena sekedar ingin memperkecil kerugian. Oleh karena itu, jika ada indikasi klien akan pailit, maka auditor memerlukan langkah preventif dengan menrunkan tingkat risiko audit yang dapat diterima. Indikasi kepailitan dapat direfleksikan dalam posisi likuiditas klien, laba tahun sebelumnya, metode pertumbuhan pembiayaan, sifat operasi klien, serta tingkat kompetensi manajemen.
·         Evaluasi auditor atas integritas manajemen. Semakin dipertanyakn tingkat integritas manajemen perusahaan, semakin rendah pula risiko audit yang dapat diterima. Hal ini disebabkan adanya kecenderungan perusahaan dengan integritas rendah untuk melakukan usaha yang menyebabkan konflik dengan pedagang saham, konsumen dan aparat Negara.

Risiko bawaan
Dimasukkannya risiko bawaan dalam model risiko audit adalah salah satu factor terpentingdalam auditing. Ini menandakan bahwa auditor perlu mempredikdi letak kemungkinan salah saji yang paling m,unkin terjadi dan dimana yang paling kecil. Faktor-faktor dalam menetapkan risiko bawaan:
·         Sifat bidang usaha klien.
·         Integritas klien
·         Motivasi klien untuk melakukan kecurangan
·         Hasil audit sebelumnya
·         Penugasan pertama atau penugasan ulang
·         Hubungan istimewa
·         Transaksi tidak rutin
·         Kerentanan terhadap kecurangan
·         Unsur-unsur populasi
·         Akun yang melibatkan estimasi manajemen
Hubungan Antara Risiko, Materialitas dan Bahan Bukti
Konsep risiko dan materialitas dalam audit adalah tak terpisahkan. Risiko adalah pengukuran ketidakpastian sedangkan materialitas adalah ukurannya dalam jumlah. Diterapkannya kedua pin ini secar bersamaan berarti pengukuran terhadap tingkat ketidakpastian dari suatu jumlah tertentu. Contoh bila auditor menyatakan bahwa audit tidak menemukan salah saji yang dapat ditoleransi sebesar dua puluh lima juta dan ada risko sebesar 5%. Hal ini berarti, auditor memiliki keyakinan 95% bahwa tidak ada salah saji dalam laporan keuangan yang bernilai nominal lebih dari dua puluh lima juta.
Evaluasi hasil
Setelah auditor merencanakan penugasan dan mengumpulkan bahan bukti audit, hasilnya dapat juga dinyatakan dalam bentuk evaluasi dari model risiko audit. Model risiko audit untuk mengevaluasi hasil audit dalam PSA adalah sebagai berikut:
AcAR=  IR x CR x AcDR
Dimana:
AcAR = Achieved Audit Risk adalah suatu ukuran risiko yang diambil audit bahwa satu akun dalam laporan keuangan secara material salah saji setelah auditor mengumpulkan bahan bukti audit
IR= Inherent Risk stelah revisi setelah audit.
CR=Control Risk adalah risiko pengendalian yang telah direvisi selama audit
AcDR= Achieved detection risk adalah suatu ukuran dari jumlah risiko bahwa bahan bukti audit untuk satu segmen tidak mendeteksi salah saji melebihi jumlah yang dapat ditoleransi, jika salah saji tersebut ada.


1 komentar:

  1. Mohon di jelaskan tentang bagaimana kita menentukan persentase AR, IR, dan DR.., dan hubungannya dengan jumlah bukti yang akan kita tentukan supaya bisa dikatakan cukup. Terima kasih

    BalasHapus